Adab-Adab Istri dan Suami
(Penjelasan al-Imam al-Ghazali)
Istri dan
suami adalah dua insan yang saling mengikatkan diri melalui perkawinan. Terdapat
hak dan kewajiban bagi masing-masing termasuk yang berkaitan dengan adab. Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah
Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman
442) menjelaskan 16 adab istri terhadap suami dan 12 adab suami terhadap istri.
16 Adab Istri terhadap Suami
1. Senantiasa merasa malu terhadap suami. Seorang istri hendaknya tetap mempertahankan rasa malu kepada suami
meski sudah bukan pengantin baru lagi. Tentu saja malu dalam konteks ini adalah
rasa malu dalam arti positif, seperti malu ketika bau badannya menimbulkan
ketidaknyamanan; malu berpenampilan tidak menarik; atau malu berperilaku buruk,
dan sebagainya.
2. Tidak banyak mendebat. Perdebatan yang berkepanjangan berpotensi menimbulkan ketegangan dan
konflik. Seorang istri hendaknya tidak mendebat suami dalam hal-hal yang
tidak perlu. Namun demikian diskusi serius dengan suami untuk mencari
solusi terbaik dari suatu permasalahan tidak sebaiknya dihindari. Hal ini
justru baik dalam rangka bermusyawarah.
3. Senantiasa taat atas perintahnya. Taat pada suami adalah kewajiban. Namun demikian apabila perintah suami
bertentangan dengan syara’, seorang istri dapat mengajukan keberatan dengan
tetap mengedepankan kesopanan dan cara yang baik dalam menolaknya. Atau, istri
dapat mengajukan alternatif lain dari perintah suami.
4. Diam ketika suami sedang berbicara. Seorang istri hendaknya mendengarkan dengan baik apa yang sedang
dikatakan suaminya. Jika ia bermaksud memotong pembicaraannya sebaiknya meminta
persetujuannya terlebih dahulu. Jika ternyata suami tidak memberi ijin,
sebaiknya istri diam dan tidak memprotes secara keras demi mencegah timbulnya
ketegangan.
5. Menjaga kehormatan suami ketika ia sedang pergi. Seorang istri hendaknya tetap berperilaku baik meski suami sedang tak
ada dirumah. Dalam situasi seperti ini seorang istri hendaknya tidak
memanfaatkan kesempatan untuk bersenang-senang menuruti hawa nafsu, misalnya
dengan pergaulan yang sangat longgar. Hal ini sangat tidak baik sebab
bisa berpotensi menimbulkan fitnah.
6. Tidak berkiahanat dalam menjaga harta suami. Seorang istri adalah pihak yang paling dipercaya suami untuk menjaga
hartanya. Kepercayaan ini tidak sebaiknya dikhianati dengan penghambur-hamburan
yang tidak perlu. Apalagi jika harta itu digunakan untuk kemaskiatan yang sudah
pasti akan menimbulkan persoalan yang tidak baik di kemudian hari.
7. Menjaga badan tetap berbau harum. Seorang istri hendaknya menjaga bau badannya sedemikian rupa sehingga
suami merasa nyaman di sampingnya. Namun demikian hal ini tidak berarti seorang
istri harus mandi parfum. Mandi secara teratur dengan air dan sabun mandi
yang wangi merupakan cara paling mudah untuk menjaga badan tetap segar.
8. Mulut berbau segar dan berpakaian bersih. Tidak hanya terkait dengan bau badan, tetapi juga bau mulut hendaknya
menjadi perhatian istri, yakni selalu segar. Demikian pula pakaian yang ia
kenakan sehari-hari juga harus bersih. Semua ini adalah agar mereka sama-sama
nyaman dalam berinteraksi baik di dalam maupun di luar rumah.
9. Menampakkan qana’ah. Seorang istri hendaknya tidak menuntut lebih dari apa yang mampu
diberikan suami kepadanya. Ia hendaknya menysukuri berapa pun jumlah atau wujud
pemberiannya. Namun demikian hal ini tidak berarti seorang istri tidak boleh
mendorong dan mendoakan suami agar lebih maju lagi dalam bidang ekonomi atau
bidang lainnya.
10. Menampilkan sikap belas kasih. Seorang istri hendaknya bersikap belas kasih kepada suami atas
semua jerih payahnya. Jangan sampai ia bersikap kasar atau bahkan
menindas suami yang kondisinya sedang lemah, seperti sakit. Apalagi
dengan sengaja menyakiti perasaannya dengan hinaan yang merendahkan dirinya.
Bagaimanapun ia harus mengasihi suaminya dengan sepenuh hati.
11. Selalu berhias.
Seorang istri hendaknya selalu tampil menarik di depan suami. Banyak
manfaat dari hal ini, misalnya suami menjadi lebih betah di rumah dan tidak
terdorong untuk mencari-cari alasan keluar rumah.
12. Memuliakan kerabat dan keluarga suami. Seorang istri hendaknya selalu sadar bahwa suami umumnya memiliki
hubungan emosional yang kuat dengan para kerabat dan keluarganya. Oleh
karena itu seorang istri hendaknya dapat memperlakukan kerabat dan keluarga
suami dengan respek tanpa mempersoalkan status sosial mereka.
13. Melihat kenyataan suami dengan keutamaan. Apapun keadaan suami, seorang isri hendaknya dapat menerimanya sebagai
kenyataan. Jika suami keadaannya baik, seorang istri hendaknya mensyukurinya
sebagai kenikmatan. Jika sebaliknya, seorang istri hendaknya bersikap sabar.
Syukur dan sabar merupakan keutamaan dari Allah subhanahu wa ta’ala.
14. Menerima hasil kerja suami dengan rasa syukur. Berapa pun penghasilan suami, seorang istri hendaknya dapat mensyukuri.
Dengan mensyukuri nikmat-Nya, Allah akan menambahkan dengan berbagai kenikmatan
yang lain.
15. Menampakkan rasa cinta kepada suami kala berada di
dekatnya. Seorang istri hendaknya senantiasa menunjukkan
rasa cintanya kepada suami terlebih saat berada di dekatnya. Hal ini karena
salah satu tujuan dari pembentukan rumah tangga adalah untuk membentuk keluarga
yang saling mencintai.
16. Menampakkan rasa gembira di kala melihat suami. Kapan saja dan di mana saja seorang istri bertemu dengan suaminya,
hendaknya ia selalu menunjukkan rasa gembiranya. Hal ini amat penting karena
umumnya suami merasa gembira ketika melihat istrinya bergembira.
Semakin
banyak adab terhadap suami yang bisa dilaksanakan, semakin tinggi derajat
kesalehan istri. Istri salehah adalah istri yang menjunjung tinggi nilai-nilai
keadaban. Semakin tinggi nilai-nilai keadaban seseorang sesunguhnya ia semakin
tinggi derajat kemuliaannya baik di mata Allah subhanahu wa ta’ala maupun
sesama manusia.
12 Adab Suami terhadap Istri
1.
Bergaul
dengan baik. Seorang suami hendaknya
berinteraksi dengan istri secara baik. Seorang suami adalah pelindung bagi
istrinya. Tidak selayaknya ia mengambil jarak dari istrinya karena merasa
memiliki kedudukan lebih tinggi dalam keluarga.
2.
Bertutur
kata yang lembut. Seorang suami hendaknya
berbicara kepada istrinya dengan bahasa yang lembut. Kata-kata kasar dan caci
maki yang menyakitkan istri harus dihindari. Jika hubungan suami dan istri baik
tentulah suasana rumah tangga sangat menyenangkan.
3.
Menunjukkan
cinta kasih. Seorang suami hendaknya selalu
menunjukkan cinta dan kasih sayangnya kepada istri. Dalam suasana marahpun,
seorang suami tetap dituntut dapat menunjukkan kasih dan sayangnya kepada
istri.
4.
Bersikap
lapang ketika sendiri. Seorang suami hendaknya tetap
memiliki kemandirian sehingga jika suatu ketika harus sendirian di rumah,
misalnya karena istri ada perlu di luar rumah yang tidak bisa dihindari, ia
dapat melayani dirinya sendiri dengan baik tanpa banyak keluhan. Apalagi menyalahkan
istri.
5.
Tidak
terlalu mempersoalkan kesalahan istri. Setiap
orang bisa berbuat salah meskipun mungkin telah berusaha bersikap hati-hati.
Jika istri berbuat salah, seorang suami hendaknya dapat menasihatinya
dengan bijak. Tentu saja tidak setiap kesalahan harus dipersoalkan secara
serius dan berlarut-larut sebab hal ini dapat memperburuk hubungan.
6.
Memaafkan
jika istri berbuat salah. Dalam Islam memaafkan sangat
dianjurkan. Oleh karena itu seorang suami, diminta atau tidak, hendaknya dapat
memaafkan kesalahan istri. Memaafkan adalah sikap moral yang sangat terpuji dan
menunjukkan jiwa besar.
7.
Menjaga
harta istri. Harta istri seperti mahar dari
suami atau hasil bekerja sendiri merupakan milik istri. Oleh karena itu seorang
suami hendaknya menjaga harta itu dengan baik dan tidak mengklaim sebagai
miliknya. Jika ia bermasud menggukan sebagian atau seluruh harta itu, maka
harus meminta izin dari istrinya hingga mendapatkan persetujuan.
8.
Tidak
banyak mendebat. Perdebatan tidak selalu
berdampak baik. Oleh karena itu seorang suami hendaknya dapat menghargai
pendapat istri sekalipun mungkin kurang setuju. Tentu saja hal ini berlaku
untuk masalah-masalah yang memang kurang prinsipil.
9.
Mengeluarkan
biaya untuk mencukupi kebutuhan istri secara tidak bakhil. Sebuah parikan bahasa Jawa berbunyi: Lombok ijo lombok jeprit, karo
bojo ojo medhit. Maksudnya, suami-istri jangan pelit satu sama lain sebab
hal ini akan berdampak kurang baik dalam keharmonisan keluarga. Suami dan
istri hendaknya bersikap longgar satu sama lain untuk saling membantu.
10. Memuliakan keluarga istri. Secara naluri seorang istri umumnya memiliki hubungan emosional yang
sangat kuat dengan keluarganya. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu
seorang suami hendaknya bersikap baik terhadap keluarga istrinya dengan
menghormati mereka. Sikap sebaliknya akan melukai perasaan istri.
11. Senantiasa memberi janji yang baik. Menjanjikan sesuatu yang baik kepada istri adalah baik terutama dalam
rangka mendorong kebiasaan yang baik dalam keluarga. Sebaliknya, sangat sering
memberi ancaman-ancaman tentu tidak bijaksana sebab akan menimbulkan
ketakutan-ketakutan yang berdampak kurang baik.
12. Selalu bersemangat terhadap istri. Kegairahan hidup berumah tangga harus selalu dirawat dengan baik. Oleh
karena itu seorang suami hendaknya menunjukkan semangatnya dalam berinteraksi
dengan istri termasuk dalam memenuhi nafkah lahir dan batinnya.
Nasihat
ini sekaligus menepis anggapan bahwa seorang suami boleh berbuat sesuka hati
kepada istrinya. Tentu saja hal ini tidak benar sama sekali karena Islam sangat
menekankan sikap adil. Jangankan kepada istri, kepada pihak lain yang mungkin
tidak sukai, tetap dituntut untuk bersikap adil.
Komentar
Posting Komentar
Add a comment....