DADI SANTRI
Kudu Iso Sabar, Ngalah, Nriman, Loman.
(Sebuah Konsep Ajaran)
Pondok Pesantren merupakan lembaga tafaqquh fi al-dîn yang
mengemban misi meneruskan risalah Rasulullah Muhammad SAW sekaligus
melestarikan ajaran Islam yang berhaluan Ahlu al-sunnah wa al- Jamã’ah ‘alã Tharîqah
al-Madzãhib al-‘Arba’ah. Sedangkan unsur terpenting bagi pondok pesantren
adalah adanya kiai/ustadz, santri, masjid, tempat tinggal (pondok/funduq) serta
buku-buku yang populer dengan sebutan kitab kuning.
Sedangkan kata “santri” itu
sendiri adalah sebuah panggilan untuk seseorang yang sedang menimba ilmu agama
Islam selama kurun waktu tertentu dengan jalan menetap di sebuah pondok
pesantren. Nah, dikarenakan santri berasal dari berbagai daerah, maka latar
belakang merekapun akan berbeda pula. Seperti tradisi, budaya, suku, bahasa,
dan lain sebagainya serta tidak dapat dipungkiri bahwa latar belakang ekonomi
juga sangat berpengaruh bagi santri dalam proses menimba ilmu di pondok
pesantren.
Oleh sebab itu, perlu adanya sebuah konsep ajaran bagi para
santri agar mereka lebih mengerti arti sebuah kebersamaan khususnya dikalangan
para santri itu sendiri, terlebih ketika mereka sudah pulang (boyong) untuk
mengamalkan ilmunya ditengah-tengah masyarakat.
Adapun beberapa konsep ajaran sebagai bekal para santri
diantaranya;
Pertama adalah “sabar”. Dalam
menuntut ilmu, seorang santri pasti akan mengalami banyak gangguan/cobaan. Oleh
karena itu, sifat sabar harus tertanam dalam hati serta diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti sabar dalam bergaul, menahan rasa lapar, kurang
harta, jauh dari keluarga, menghadiri majelis ilmu, mencatat dan memperhatikan
penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya.
Kedua adalah “ngalah/mengalah”. Setiap
santri yang belajar di pondok pesantren pasti akan terbentur permasalahan, baik
masalah dengan dirinya sendiri maupun dengan yang lainnya. Sehingga para santri dituntut untuk bisa mengalah, Terlebih,
benar atau salahnya seseorang dilihat dari perilakunya dan mengalah untuk diri
sendiri adalah kemenangan yang agung.
Ketiga adalah “nriman” yang
artinya qana’ah. Qana’ah sendiri merupakan sikap menerima, merasa cukup
atas hasil yang diusahakan dan menjauhkan dari rasa tidak puas/rasa kekurangan.
Sehingga, sebagai santri sepatutnya memahami bahwa apapun yang diupayakan dan
diperolehnya merupakan ketetapan-Nya dan terbaik baginya. Sehingga dengan qana’ah,
seorang santri akan tentram hatinya, jauh dari ketamakan dan akan menjadi orang
yang beruntung.
Keempat adalah “loman” yang dimaksud disini adalah
gemar bersedekah. Menjadi santri harus menghindari sifat kikir/pelit/bakhil, sebab
pelit adalah sifatnya setan. Selain
dibenci oleh manusia, pelit juga menjadi penghalang dari bersedekah. Lebih
jauh, bahwa sedekah lebih luas dari sekedar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya
berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun, sedekah mencakup segala
amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah hadis digambarkan, “Memberikan senyuman
kepada saudaramu adalah sedekah”.
Wallahu A’lam.
---------------------
NM
Komentar
Posting Komentar
Add a comment....