PENDUKUNG & SOSOK PEMIMPIN IDEAL
(Menyongsong Pesta Demokrasi, 17 April 2019)
“Agama dan kekuasaan adalah seperti dua orang saudara kembar, keduanya tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu tidak ada, maka yang lain tidak akan berdiri secara sempurna. Agama adalah pondasinya sementara kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu tanpa adanya pondasi akan rusak dan jika tidak dijaga, ia akan hilang”. (Imam al Ghazali).
Setidaknya dalam al Qur’an ada 3 (tiga) kosa kata yang paling dekat artinya dengan pemimpin, yaitu khalifah, imam dan ulil amri. Kata “khalifah” atau yang semakna dengannya dalam al Qur’an diulang sebanyak 9 (Sembilan) kali. Sedangkan kata “imam” diulang sebanyak 6 (enam) kali. Adapun kata “ulil amri” disebutkan pada surat an Nisa’ ayat 59;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ...
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu,...”
Menaati kepala negara yang menjalankan hukum-hukum Allah adalah wajib, mengangkat mereka pun hukumnya juga wajib. Sebab, jika mereka tidak ada, kewajiban untuk menaati mereka pun tidak bisa dijalankan. Ini merupakan bagian dari dalalah iltizam ayat di atas.
Menyongsong pesta demokrasi yang akan digelar pada tanggal 17 April 2019, ikut andil guna memilih dan menentukan pemimpin merupakan hal yang tidak bisa dielakkan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih berikut ini; bahwa Rasulullah SAW bersabda:
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ
“(Pilihlah) pemimpin yang terbaik bagimu, yaitu pemimpin yang kamu cintai dan mereka mencintaimu, mereka mendo’akanmu dan kamu juga mendo’akan mereka.
وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ
Sedangkan sejelek-jelek pemimpin bagimu adalah pemimpin yang kamu benci dan mereka membencimu, yang kamu laknat dan mereka melaknatmu.
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟
Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang?
فَقَالَ: لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ
Beliau menjawab: Tidak, selama mereka mendirikan shalat. Dan jika kamu melihat dari pemimpinmu sesuatu yang tidak kamu sukai, maka bencilah perbuatannya (saja); dan janganlah kamu keluar dari ketaatan kepadanya”.
Dapat ditegaskan bahwa sosok pemimpin ideal dan layak untuk dipilih adalah pemimpin yang dicintai rakyat dan dia juga mencintai rakyatnya. Pemimpin yang seperti itu tentunya pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur (shiddiq), terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan (fathonah), dan memperjuangkan kepentingan umat.
Adapun beda dukungan dan pilihan akan menjadi sebuah keniscayaan, beda calon presiden misalnya. Oleh sebab itu, hendaknya sikap tasamuh atau toleransi harus tetap dijaga, jangan sampai menjelek-jelekkan atau mencari-cari kesalahan calon pemimpin lainnya. Maka jadilah pendukung yang bisa menjaga persatuan, menghindari perpecahan dan menghargai perbedaan. Sebagaimana dijelaskan dalam al Qur’an:
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil (semena-mena). Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Maidah: 8 )
Wallahu A'lam.
----------------------------
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam melakukan maksiat kepada al-Khaliq (Allah)”
----------------------------
NM
(Menyongsong Pesta Demokrasi, 17 April 2019)
“Agama dan kekuasaan adalah seperti dua orang saudara kembar, keduanya tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu tidak ada, maka yang lain tidak akan berdiri secara sempurna. Agama adalah pondasinya sementara kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu tanpa adanya pondasi akan rusak dan jika tidak dijaga, ia akan hilang”. (Imam al Ghazali).
Setidaknya dalam al Qur’an ada 3 (tiga) kosa kata yang paling dekat artinya dengan pemimpin, yaitu khalifah, imam dan ulil amri. Kata “khalifah” atau yang semakna dengannya dalam al Qur’an diulang sebanyak 9 (Sembilan) kali. Sedangkan kata “imam” diulang sebanyak 6 (enam) kali. Adapun kata “ulil amri” disebutkan pada surat an Nisa’ ayat 59;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ...
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu,...”
Menaati kepala negara yang menjalankan hukum-hukum Allah adalah wajib, mengangkat mereka pun hukumnya juga wajib. Sebab, jika mereka tidak ada, kewajiban untuk menaati mereka pun tidak bisa dijalankan. Ini merupakan bagian dari dalalah iltizam ayat di atas.
Menyongsong pesta demokrasi yang akan digelar pada tanggal 17 April 2019, ikut andil guna memilih dan menentukan pemimpin merupakan hal yang tidak bisa dielakkan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih berikut ini; bahwa Rasulullah SAW bersabda:
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ
“(Pilihlah) pemimpin yang terbaik bagimu, yaitu pemimpin yang kamu cintai dan mereka mencintaimu, mereka mendo’akanmu dan kamu juga mendo’akan mereka.
وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ
Sedangkan sejelek-jelek pemimpin bagimu adalah pemimpin yang kamu benci dan mereka membencimu, yang kamu laknat dan mereka melaknatmu.
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟
Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang?
فَقَالَ: لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ
Beliau menjawab: Tidak, selama mereka mendirikan shalat. Dan jika kamu melihat dari pemimpinmu sesuatu yang tidak kamu sukai, maka bencilah perbuatannya (saja); dan janganlah kamu keluar dari ketaatan kepadanya”.
Dapat ditegaskan bahwa sosok pemimpin ideal dan layak untuk dipilih adalah pemimpin yang dicintai rakyat dan dia juga mencintai rakyatnya. Pemimpin yang seperti itu tentunya pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur (shiddiq), terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan (fathonah), dan memperjuangkan kepentingan umat.
Adapun beda dukungan dan pilihan akan menjadi sebuah keniscayaan, beda calon presiden misalnya. Oleh sebab itu, hendaknya sikap tasamuh atau toleransi harus tetap dijaga, jangan sampai menjelek-jelekkan atau mencari-cari kesalahan calon pemimpin lainnya. Maka jadilah pendukung yang bisa menjaga persatuan, menghindari perpecahan dan menghargai perbedaan. Sebagaimana dijelaskan dalam al Qur’an:
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil (semena-mena). Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Maidah: 8 )
Wallahu A'lam.
----------------------------
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam melakukan maksiat kepada al-Khaliq (Allah)”
----------------------------
NM
Komentar
Posting Komentar
Add a comment....