“Orang Yang Bangkrut
di Akhirat”
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ
مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ
صَلّ وَسَلّمْ عَلى سَيِّدِناَ مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Dihari
jum’at yang mulia ini, marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita
kepada Alloh SWT dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Hadirin Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Pada suatu kesempatan Rasulullah SAW bertanya
kepada para sahabat, tentang yang disebut orang bangkrut. Hal ini sebagaimana
dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu
‘anhu sebagai berikut:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه
وسلم قَالَ: أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟
Sesungguhnya Rasulullah shallahu ‘alaihi
wasallam bertanya: “Tahukah kalian siapakah yang dinamakan orang bangkrut?”
قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ
لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ
Mereka (para sahabat) menjawab: “Orang bangkrut
menurut pendapat kami ialah mereka yang tidak mempunyai uang dan tidak pula
mempunyai harta benda.”
Hadirin Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Ternyata jawaban para sahabat yang mengatakan bahwa
orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang ataupun harta benda
bukanlah jawaban yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW, karena Rasul tidak
bertanya perihal ekonomi. Namun Rasul ingin mengajak para sahabat agar mengetahui
kebangkrutan bisa terjadi tidak hanya dalam bidang ekonomi saja akan tetapi
juga dalam urusan agama.
Adapun yang dimaksud orang yang bangkrut dalam urusan
agama adalah sebagaimana penjelasan Rasulullah SAW dalam lanjutan hadits
berikut:
فَقَالَ
“إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ
وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ،
Nabi menjelaskan: “Sesungguhnya orang bangkrut
dari umatku ialah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal
kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat.
وَيَأْتِي
قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا،
وَضَرَبَ هٰذَا.
Akan tetapi, mereka dahulu pernah mencaci maki
orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah
orang lain dan memukul orang lain.
فَيُعْطِى
هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ.
Maka kepada orang yang mereka salahi itu
diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan
pula amal baik mereka.
فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ
أَنْ يَقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ
طُرِحَ فِي النَّارِ.
Apabila amal baik mereka telah habis sebelum
hutangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan
diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka.”
Hadirin Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Jadi, setiap orang dari umat Rasulullah SAW akan
mendapatkan pahala atau dosa dari apa yang mereka lakukan semasa hidupnya.
Namun pahala-pahala yang telah didapat akan ditukar dengan dosa-dosa sosialnya
akibat berbuat dzalim kepada sesama manusia. seperti mencaci maki, menuduh,
memfitnah, memakan harta yang bukan haknya, membunuh secara tidak sah, melukai
atau menyakiti hati orang lain dan sebagainya.
Adapun contoh sederhana yang sangat jarang
disadari oleh kita adalah seperti ghibah/menggunjing, misalnya; ketika tetangga
kita membuat sebuah acara/kegiatan yang ramai dan banyak mengeluarkan biaya, maka
dia akan mencari-cari kesalahan tetangganya itu dengan mengatakan; “uang
dari mana ia bisa membuat sebuah acara/kegiatan yang ramai itu…dst”. Apabila
tetangga kita membeli cincin/gelang/kalung dari emas, maka dia akan
mencari-cari kesalahan tetangganya itu dengan mengatakan; “uang dari mana ia
bisa membeli emas itu…dst”. Jika tetangga kita membeli motor/mobil, maka ia
juga akan mencari-cari kesalahan tetangganya itu dengan mengatakan; “uang
dari mana ia bisa membeli motor/mobil itu…dst”. dan bila tetangganya bisa
membangun sebuah rumah yang besar nan megah, maka ia akan terus mencari-cari
kesalahan tetangganya itu dengan mengatakan; “uang dari mana ia bisa
membangun sebuah rumah yang besar nan megah itu...dst”.
Dari contoh yang sangat sederhana itu, nyatalah
bahwa, orang yang selalu mencari-cari kesalahan orang lain berarti ia adalah
termasuk orang yang telah mendzalimi orang lain. Kenapa bisa demikian? Karena ia
belum mampu untuk mensyukuri segala nikmat yang ia peroleh yang telah diberikan
Alloh SWT kepadanya.
Hadirin Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Apabila besarnya dosa-dosa sosial akibat kedzaliman
tidak sebanding dengan kesalehan-kesalehan yang dilakukannya maka dosa-dosa
dari orang-orang yang didzalimi akan diberikan kepada orang yang mendzalimi
hingga mencapai titik impas. Apabila titik impas tidak tercapai, maka
Allah SWT akan melemparkan orang yang mendzalimi itu ke dalam neraka.
Hadirin Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Meskipun demikian, kedzaliman manusia terhadap manusia
lainnya pada dasarnya merupakan urusan manusia karena termasuk ranah muamalah.
Namun, sebelum pihak yang melakukan kedzaliman menyelesaikan masalahnya,
seperti meminta maaf kepada pihak yang didzalimi semasa hidupnya maka dosanya
tidak akan lunas. Apabila hal ini tidak dilakukan hingga masing-masing
meninggal dunia, maka Allah akan memperhitungkannya di akhirat kelak.
Jadi, melakukan kedzaliman terhadap sesama
manusia bukanlah persoalan sepele karena urusannya bisa sampai ke akhirat. Sebagaimana
disebutkan dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan dari Anas bin
Malik radliyallahu ‘anhu sebagai berikut:
وَأَمَّا
الظُّلْمُ الَّذِي لا يَتْرُكُهُ الله فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا
حَتَّى يُدَبِّرُ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ
“Adapun kedzaliman yang tidak akan dibiarkan
oleh Allah adalah kedzaliman manusia atas manusia lainnya hingga mereka
menyelesaikan urusannya.”
Hadirin Jama’ah Jum’at rahimakumullah,
Semoga kita dapat menjaga amal ibadah kita, agar di akhirat
kelak tidak ludes oleh dosa-dosa sosial akibat kedzaliman yang kita perbuat.
Dan mudah-mudahan kita semua senantiasa diberi kekuatan oleh
Allah SWT untuk mampu menjaga lisan, tangan dan anggota tubuh
lainnya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang mendzalimi orang lain agar kita
tidak tergolong sebagai orang-orang yang bangkrut di akhirat. Amin amin ya
robbal alamiin…
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
Komentar
Posting Komentar
Add a comment....