Khutbah Jum’at : Menyambut Pemilu 2019
Pada hari jum’at yang mulia ini, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt yaitu ketakwaan yang dibangun karena mengharap keridhaan Allah semata dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Kepemimpinan dalam islam merupakan perkara yang sangat penting. Setidaknya di dalam al Qur’an ada 3 kosa kata yang paling dekat artinya dengan pemimpin, yaitu Khalifah, Imam dan Ulil Amri. Kata “khalifah” atau yang semakna dengannya di dalam al Qur’an diulang sebanyak 9 kali. Sedangkan kata “Imam” diulang sebanyak 6 kali. Ada pun kata “Ulil Amri” disebutkan di dalam al Qur’an pada surat an Nisa’ ayat 59:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al Quran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin pernah berkata “Agama dan kekuasaan laksana saudara kembar, keduanya tidak dapat dipisahkan, agama adalah pondasinya, dan kekuasaan adalah penjaganya”. Dan ini adalah sebuah keniscayaan, yang mana dalam pemilihan seorang pemimpin tidak akan bisa lepas dari proses berpolitik. Maka bagi para politisi, politik harus benar-benar menjadi sebuah pembuktian iman kepada Allah swt, bukan malah sebaliknya, politik dijadikan sebagai ajang pemuasan keiinginan akan jabatan dan kehormatan belaka.
Sebagaimana disebutkan di dalam al Qur’an surat an Nur ayat 55, yang mana kata “iman” disebutkan pertama kali sebelum menyebutkan kata “pemimpin”.
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh di antara kamu, sungguh Dia akan menjadikan mereka menjadi pemimpin di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan pemimpin orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan sungguh Dia akan menggantikan ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka menyembah-Ku, tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu. Dan barang siapa yang ingkar sesudah yang demikian itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Hasil survei Cirus (2013) menunjukkan bahwa hanya 9,4% responden (2.200 responden yang diwawancarai secara langsung) saja yang masih percaya dengan partai politik. Sejujurnya, ini sangat memilukan namun inilah kenyataannya karena hampir seluruh rakyat Indonesia terjangkit krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Maka, untuk menghadapi pesta demokrasi pada tahun 2019 mendatang, krisis kepercayaan ini harus segera dihilangkan. Sebab, jika krisis kepercayaan ini masih ada bisa menjadi sebuah ancaman bagi masa depan bangsa, karena bisa menjadi sebuah gerakan yaitu Gerakan Golongan Putih atau yang biasa disebut dengan GOLPUT. Kenapa bisa demikian? Mungkin, ini adalah bentuk kekecewaan dan kemarahan rakyat, dikarenakan tidak ada lagi yang bisa dipercaya; sehingga timbullah pernyataan, bahwa politik itu bohong dan pemerintah adalah kepentingan pribadi atau kelompok saja. Sehingga banyak yang beranggapan GOLPUT adalah pilihan yang terbaik. maka hal inilah yang harus kita pahami bersama, bahwa GOLPUT atau tidak ikut andil dalam memilih untuk menentukan pemimpin daerah atau pemimpin Negara itu adalah hal yang tidak bisa dibenarkan. Mengapa demikian? Karena GOLPUT sangat bertentangan dengan ajaran agama islam. sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih berikut ini, bahwa Rasulullah saw bersabda:
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ. قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ: لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ.
“(Pilihlah) pemimpin yang terbaik bagimu, yaitu pemimpin yang kamu cintai dan mereka mencintaimu; mereka mendo’akanmu dan kamu juga mendo’akan mereka. Sedangkan sejelek-jelek pemimpin bagimu adalah pemimpin yang kamu benci dan mereka membencimu, yang kamu laknat dan mereka melaknatmu. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang? Beliau menjawab: Tidak, selama mereka mendirikan shalat. Dan jika kamu melihat dari pemimpinmu sesuatu yang tidak kamu sukai, maka bencilah perbuatannya (saja); dan janganlah kamu keluar dari ketaatan kepadanya”.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Selain itu, sebagaimana dalam pemilu-pemilu sebelumnya, adanya perbedaan dalam memilih sosok seorang pemimpin akan menjadi sebuah keniscayaan; Beda pilihan partai, beda calon legislatif dan beda calon presiden dan wakilnya. Oleh karena itu, kita sebagai umat islam hendaknya sikap tasamuh atau toleransi harus tetap kita jaga. Meskipun beda pilihan, jangan sampai kita menjelek-jelekkankan calon pemimpin lainnya, kita harus bisa menjadi pemilih yang arif dan bijaksana, yakni pemilih yang bisa menjaga persatuan dan menghindari perpecahan, karena islam adalah agama yang menghargai perbedaan.
Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al Maidah ayat 8.
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil (semena-mena). Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang bisa mengkoreksi diri kita sendiri dan terhindar dari mencari-cari kelemahan atau kejelekan orang lain, sehingga kita bisa menjadi pemilih atau pendukung yang arif lagi bijaksana.
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. امّابعد. يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullahPada hari jum’at yang mulia ini, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt yaitu ketakwaan yang dibangun karena mengharap keridhaan Allah semata dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Kepemimpinan dalam islam merupakan perkara yang sangat penting. Setidaknya di dalam al Qur’an ada 3 kosa kata yang paling dekat artinya dengan pemimpin, yaitu Khalifah, Imam dan Ulil Amri. Kata “khalifah” atau yang semakna dengannya di dalam al Qur’an diulang sebanyak 9 kali. Sedangkan kata “Imam” diulang sebanyak 6 kali. Ada pun kata “Ulil Amri” disebutkan di dalam al Qur’an pada surat an Nisa’ ayat 59:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al Quran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin pernah berkata “Agama dan kekuasaan laksana saudara kembar, keduanya tidak dapat dipisahkan, agama adalah pondasinya, dan kekuasaan adalah penjaganya”. Dan ini adalah sebuah keniscayaan, yang mana dalam pemilihan seorang pemimpin tidak akan bisa lepas dari proses berpolitik. Maka bagi para politisi, politik harus benar-benar menjadi sebuah pembuktian iman kepada Allah swt, bukan malah sebaliknya, politik dijadikan sebagai ajang pemuasan keiinginan akan jabatan dan kehormatan belaka.
Sebagaimana disebutkan di dalam al Qur’an surat an Nur ayat 55, yang mana kata “iman” disebutkan pertama kali sebelum menyebutkan kata “pemimpin”.
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh di antara kamu, sungguh Dia akan menjadikan mereka menjadi pemimpin di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan pemimpin orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan sungguh Dia akan menggantikan ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka menyembah-Ku, tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu. Dan barang siapa yang ingkar sesudah yang demikian itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Hasil survei Cirus (2013) menunjukkan bahwa hanya 9,4% responden (2.200 responden yang diwawancarai secara langsung) saja yang masih percaya dengan partai politik. Sejujurnya, ini sangat memilukan namun inilah kenyataannya karena hampir seluruh rakyat Indonesia terjangkit krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Maka, untuk menghadapi pesta demokrasi pada tahun 2019 mendatang, krisis kepercayaan ini harus segera dihilangkan. Sebab, jika krisis kepercayaan ini masih ada bisa menjadi sebuah ancaman bagi masa depan bangsa, karena bisa menjadi sebuah gerakan yaitu Gerakan Golongan Putih atau yang biasa disebut dengan GOLPUT. Kenapa bisa demikian? Mungkin, ini adalah bentuk kekecewaan dan kemarahan rakyat, dikarenakan tidak ada lagi yang bisa dipercaya; sehingga timbullah pernyataan, bahwa politik itu bohong dan pemerintah adalah kepentingan pribadi atau kelompok saja. Sehingga banyak yang beranggapan GOLPUT adalah pilihan yang terbaik. maka hal inilah yang harus kita pahami bersama, bahwa GOLPUT atau tidak ikut andil dalam memilih untuk menentukan pemimpin daerah atau pemimpin Negara itu adalah hal yang tidak bisa dibenarkan. Mengapa demikian? Karena GOLPUT sangat bertentangan dengan ajaran agama islam. sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih berikut ini, bahwa Rasulullah saw bersabda:
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ. قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ: لاَ مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ.
“(Pilihlah) pemimpin yang terbaik bagimu, yaitu pemimpin yang kamu cintai dan mereka mencintaimu; mereka mendo’akanmu dan kamu juga mendo’akan mereka. Sedangkan sejelek-jelek pemimpin bagimu adalah pemimpin yang kamu benci dan mereka membencimu, yang kamu laknat dan mereka melaknatmu. Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang? Beliau menjawab: Tidak, selama mereka mendirikan shalat. Dan jika kamu melihat dari pemimpinmu sesuatu yang tidak kamu sukai, maka bencilah perbuatannya (saja); dan janganlah kamu keluar dari ketaatan kepadanya”.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Selain itu, sebagaimana dalam pemilu-pemilu sebelumnya, adanya perbedaan dalam memilih sosok seorang pemimpin akan menjadi sebuah keniscayaan; Beda pilihan partai, beda calon legislatif dan beda calon presiden dan wakilnya. Oleh karena itu, kita sebagai umat islam hendaknya sikap tasamuh atau toleransi harus tetap kita jaga. Meskipun beda pilihan, jangan sampai kita menjelek-jelekkankan calon pemimpin lainnya, kita harus bisa menjadi pemilih yang arif dan bijaksana, yakni pemilih yang bisa menjaga persatuan dan menghindari perpecahan, karena islam adalah agama yang menghargai perbedaan.
Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al Maidah ayat 8.
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil (semena-mena). Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang bisa mengkoreksi diri kita sendiri dan terhindar dari mencari-cari kelemahan atau kejelekan orang lain, sehingga kita bisa menjadi pemilih atau pendukung yang arif lagi bijaksana.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
Do’a Khutbah Jum’at 2
اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ به وَ كَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله اِتَّقُوْا الله وَ اعْلَمُوْا اَنَّ الله يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأُمُوْرِ وَ يَكْرَهُ سَفَاسِفَهَا يُحِبُّ مِنْ عِبَادِهِ اَنْ يَّكُوْنُوْا فِى تَكْمِيْلِ اِسْلَامِهِ وَ اِيْمَانِهِ وَ اِنَّهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَ سَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اَلِ اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْلَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبَنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاْلحَمْدُ لله رَبِ اْلعالميْنَ.
عِبَادَ الله! اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا الله الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Komentar
Posting Komentar
Add a comment....