Khutbah Jum’at:
4 (EMPAT) HAL PENGHALANG REZEKI
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى
اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ.
Hadirin Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah,
Dihari
jum’at yang mulia ini, marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita
kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Hadirin Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah,
Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Zaadul
Ma’ad, ia berkata:
Ada empat hal penghambat rezeki: (1) Tidur
pagi, (2) Sedikit shalat, (3) Bermalas-malasan, (4) Sifat khianat.
Hadirin Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah,
Adapun penghambat
rezeki yang pertama adalah tidur pada pagi hari. Pertanyaannya adalah…kenapa
tidur pagi menjadi penghambat rezeki? Sebab, waktu pagi adalah waktu yang penuh
dengan berkah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini.
Dari sahabat Shakhr al
Ghamidi ra, bahwa Nabi SAW bersabda;
اللَّهُمَّ
بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu
paginya.”
Hadirin Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah,
Yang lebih bahaya lagi adalah malas dan enggan untuk
bangun melaksanakan shalat subuh. Padahal barang siapa yang meninggalkan shalat
subuh, maka dia tergolong sebagai orang munafik. Sebagaimana disebutkan dalam
hadits,
لَيْسَ
صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ، وَلَوْ
يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang
munafik selain dari shalat shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu
keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya
walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari)
Hadirin Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah,
Penghambat rezeki yang kedua adalah sedikit melaksanakan
shalat artinya shalatnya masih bolong-bolong maka juga dapat diartikan bahwa
pada diri orang tersebut masih lemah iman sehingga kurangnya ketakwaan, padahal
takwa adalah pembuka pintu rezeki. Allah SWT berfirman:
وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ
مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا.
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia memberinya rezeki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Barang siapa yang bertawakal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq)
Hadirin Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah,
Penghambat rezeki yang ketiga adalah bermalas-malasan
yang menyebabkan rezeki sulit datang. Karena seorang muslim dituntut untuk bekerja
dan bertawakkal kepada Allah SWT. Burung saja pergi pagi dan pulang sore hari
untuk mencari makan apalagi kita sebagai manusia yang memiliki tanggungjawab
yang lebih besar. Maka perhatikanlah hadits berikut.
لَوْ
أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ
كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian benar-benar bertawakal
kepada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki.
Ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam
keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Abu ‘Isa Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Hadirin Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah,
Imam Ahmad pernah ditanya mengenai seseorang
yang cuma mau duduk-duduk saja di rumahnya atau hanya berdiam diri di masjid,
dan ia berkata, “Aku tidak mau bekerja sedikit pun dan hanya mau menunggu
sampai rezekiku datang.” Imam Ahmad pun berkata, “Orang ini benar-benar bodoh.
Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda –
sebagaimana hadits tentang burung yang mencari – bahwa burung saja bekerja
dengan berangkat pada pagi hari. Para sahabat Nabi yang muliapun berdagang dan
bekerja dengan hasil kurma mereka. Merekalah sebaik-baik teladan.” (Fath
Al-Bari)
Jadi tidaklah boleh beralasan karena sibuk
ibadah, sampai malas untuk bekerja. Dalam hal ini Ibnu ‘Allan mengatakan bahwa
As-Suyuthi berkata, “Al-Baihaqi mengatakan dalam Syu’ab Al-Iman, “Hadits
ini bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai, enggan melakukan usaha untuk
memperoleh rezeki. Bahkan hadits ini merupakan dalil yang memerintahkan untuk
mencari rezeki karena burung tersebut pergi pada pagi hari untuk mencari
rezeki.” (Dalil Al-Falihin)
Adapun keutamaan bagi seseorang yang rajin bekerja
untuk mencari nafkah bagi keluarganya maka hasil dari pekerjaannya dinilai
sebagai infak dan adapun bagi orang yang bermalas-malasan untuk bekerja maka
baginya tergolong sebagai orang yang bakhil/pelit. Sebagaimana diterangkan
dalam hadits;
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda,
مَا
مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ
أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ
أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفً
“Tidaklah para hamba berpagi hari di
dalamnya melainkan ada dua malaikat yang turun, salah satunya berkata, “Ya
Allah, berilah ganti kepada orang yang senang berinfak.” Yang lain mengatakan,
“Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang pelit.” (HR. Bukhari, dan
Muslim).
Hadirin Jama’ah
Jum’ah rohimakumulloh,
Adapun
penghambat rezeki yang keempat adalah memiliki sifat khianat. Ketahuilah bahwa orang yang berkhianat terhadap amanat
pun menyandang salah satu sifat munafik dan termasuk disini pula adalah tidak
amanah dalam melunasi utang. Ingatlah bahwa utang akan menyusahkan seseorang di
akhirat kelak. Sebagai disebutkan dalam hadits;
Dari
Ibnu ‘Umar ra, bahwa Nabi SAW bersabda,
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ
دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ
دِرْهَمٌ
“Barangsiapa
yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka
hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena
di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu
Majah)
Hadirin Jama’ah
Jum’ah rohimakumulloh,
Mudah-mudahan
kita termasuk orang-orang yang bisa mengkoreksi diri kita sendiri, untuk tidak
biasa tidur pagi apalagi sampai meninggalkan shalat shubuh, juga memperhatikan waktu
shalat, tidak malas-malasan dan senantiasa berusaha untuk menjaga amanah.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
Komentar
Posting Komentar
Add a comment....