MAKALAH SISTEM PERILAKU ORGANISASI SUPERVISI PEMBELAJARAN (Instuctional Supervision; Organizational Behavior System)

SISTEM PERILAKU ORGANISASI SUPERVISI PEMBELAJARAN
(Instuctional Supervision; Organizational Behavior System)
Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Supervisi
Pendidikan
Dosen
Pembimbing :
Prof. Dr. H. Juhri
Abdul Mu’in, M.Pd.
Dr. Muhfahroyin,
M.TA.
Oleh :
Nasihudin
Mustofa NPM : 14720030
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
2015

Alhamdulillah puji syukur penulis sampaikan
kepada Allah swt, karena berkat ridho dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sistem Perilaku Organisasi Supervisi
Pembelajaran (Instuctional Supervision; Organizational Behavior System”. Untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Supervisi Pendidikan.
Sholawat dan
salam senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad saw yang
selalu kita nanti-nantikan syafa’atnya di hari kiamat.
Dalam
penyusunan makalah ini banyak bantuan yang penukis terima. Oleh karena itu,
penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada:
1.
Prof. Dr. H.
Juhri Abdul Mu’in, M.Pd. (dosen pengampu)
2.
Dr.
Muhfahroyin, M.TA. (dosen pengampu)
3.
Semua pihak yang terkait dalam penulisan
makalah ini.
Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran masih penulis
harapkan untuk perbaikan selanjutnya.
Metro, November
2015
Penulis,

HALAMAN SAMPUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah....................................................................... 2
C.
Tujuan
Penulisan......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Supervisi Pendidikan................................................ 3
B. Prinsip-prinsip
Supervisi.............................................................. 5
C. Fungsi dan
Tujuan Supervisi Pendidikan.................................. 6
D. Tehnik-tehnik Supervisi
Pendidikan.......................................... 9
E. Prosedur Kegiatan Supervisi Pengajaran................................. 10
F. Perilaku-perilaku
Yang Harus Dimiliki Supervisor
Pendidikan.................................................................................... 12
G. Jenis-jenis Supervisi Pendidikan................................................ 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 17
B. Saran............................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keberadaan para guru serta personel
lainnya memang tidak dipungkiri memberikan andil yang besar bagi tercapainya
sebuah tujuan pendidikan. Dalam proses menuju ke pencapaian tujuan tersebut agar
lebih efektif dan efisien, para personel sekolah tersebut harus ditingkatkan
kemampuannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu, supervisi
adalah salah satu cara yang bisa digunakan dalam peningkatan kemampuan personel
sekolah.
Pada dasarnya, supervisi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang
ditujukan terutama untuk mengembangkan efektifitas kerja personalia sekolah
yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan, terutama untuk pencapaian
tujuan pendidikan.
Supervisi merupakan salah satu
faktor penting sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui kegiatan
yang dilakukan oleh supervisor pendidikan. Oleh karena itu keberhasilan
pendidikan tidak terlepas dari peranan supervisor di bidang pendidikan yang
berupaya menemukan masalah-masalah pendidikan dan selalu memperbaiki
kelamahan-kelamahan yang terjadi. Melalui supervisi, guru diberi kesempatan
untuk meningkatkan kinerja, dilatih untuk memecahkan berbagai permasalahan yang
dihadapi. Begitupun dengan personel sekolah lainnya diberikan kesempatan yang
sama guna meningkatkan kinerja mereka.
Dengan demikian, supervisi
pendidikan bermaksud meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru,
kepala sekolah dan personel sekolah lainnya, agar proses pendidikan di sekolah
lebih berkualitas. Dan yang utama, supervisi pendidikan dilakukan atas dasar
kerjasama, partisipasi, kolaborasi bukan berdasarkan paksaan dan kepatuhan yang
pada akhirnya dapat menimbulkan kesadaran, inisiatif dan kreativitas personel
sekolah.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian supervisi pendidikan?
2. Apa sajakah prinsip-prinsip
supervisi?
3. Apakah fungsi dan tujuan supervisi
pendidikan?
4. Bagaimanakah tehnik-tehnik supervisi
pendidikan?
5. Bagaimanakah prosedur kegiatan supervisi pengajaran?
6. Bagaimanakah perilaku-perilaku yang harus
dimiliki supervisor pendidikan?
7. Apa sajakah jenis-jenis
supervisi pendidikan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Supervisi Pendidikan
2. Mengetahui dan memahami hakikat supervisi pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian supervisi pendidikan
Arti Supervisi
menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang
terkandung dalam perkataan itu ( semantik).
Secara
morfologis, Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan
vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan
inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan – orang yang berposisi diatas, pimpinan
– terhadap
hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan
tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari
kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi
pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata -
mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.
Secara sematik, Supervisi
pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah
perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
Secara
Etimologi, supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision”
artinya pengawasan di bidang pendidikan.
Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha perbaikan situasi belajar mengajar. Akan tetapi nampaknya masih terdapat banyak keragaman pendapat dalam menafsirkan istilah tersebut. Dan hal ini akan membawa implikasi yang berbeda pula
dalam
pelaksanaannya. Untuk
menumbuhkan suatu kerangka acuan mengenai pengertian
supervisi, ada baiknya kita mengkaji kembali beberapa
pendapat para
ahli.
1.
(Neagley, 1980) dikutip
oleh Made Pidarta,
mengemukakan bahwa setiap layanan
kepada guru-guru
yang
bertujuan
menghasilkan
perbaikan instruksional,
belajar dan kurikulum dikatakan supervisi. Supervisi di sini diartikan sebagai bantuan dan bimbingan
kepada guru-guru dalam bidang instruksional, belajar dan kurikulum, dalam usahanya mencapai tujuan sekolah.
2.
(Kimbal Wiles, 1956)
berpendapat bahwa
“Supervision is an assistance in
the development of a better teaching-learning situation”, yaitu suatu bantuan dalam pengembangan/peningkatan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
3.
(N.A Ametembun 1981) merumuskan bahwa supervisi pendidikan adalah pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan berupa bimbingan atau tuntutan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya, dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
4.
(Oteng Sutisna, 1982) menjelaskan bahwa pandangan baru tentang supervisi terdapat ide-ide pokok, seperti: menggalakan pertumbuhan profesional guru, mengembangkan
masalah-masalah belajar mengajar dengan efektif. Pendekatan-pendekatan baru tentang
supervisi ini menekankan pada peranan supervisi selaku bantuan, pelayanan atau
pembinaan pada guru dan personil pendidikan lain dengan maksud untuk kemampuan guru dan kualitas pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat
diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pada hakekatnya supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan profesional bagi guru.
Bimbingan profesional
yang dimaksudkan adalah segala usaha yang memberikan
kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara profesional, sehingga
mereka lebih
maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid.
Menurut (Alfonso,1981), (Neagley dan Evans,
1980), serta (Marks Stroops, 1978) yang dikutip oleh Djam’an Satori, melukiskan hubungan supervisi, proses mengajar belajar dan hasil belajar seperti dapat dilihat pada model berikut:

Gambar 1.1 Model Hubungan Supervisi, Proses Mengajar dan Hasil Belajar
Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Oleh karena suatu pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengajar guru, maka
kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada peningkatan kemampuan profesional guru,
yang pada gilirannya akan
meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Dalam analisis
terakhir, kualitas supervisi akan direfleksikan pada peningkatan hasil belajar murid.
B.
Prinsip-prinsip supervisi
Seorang supervisor apakah
dia
Kepala Sekolah, penilik
Sekolah
atau pengawas dalam
melaksanakan supervisi hendaknya berlandaskan pada prinsip-prinsip supervisi. Adapun prinsip-prinsip yang perlu diterapkan adalah sebagai berikut:
1.
Ilmiah (scientific) berarti:
a.
Sistematis, berarti dilaksanakan secara
teratur, berencana, dan berkelanjutan
b.
Objektif, artinya data yang didapat
berdasarkan hasil observasi nyata. Kegiatan-kegiatan perbaikan atau
pengembangan berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau
kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
c.
Menggunakan alat (instrumen) yang
dapatmemberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakn penilaian
terhadap proses belajar mengajar.
2.
Demokrasi, artinya menjunjung tinggi azas
musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima
pendapat orang lain.
3.
Kooperatif, maksudnya kerjasama seluruh staf
dalam kegiatan pengumpulan data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar
mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerjasama seluruh staf
sekolah.
4.
Konstruktif dan kreatif. Membina inisiatif guru
dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa
aman dan bebas mengembangkan potensi-potensinya.
Oleh karena itu, sikap supervisor yang memaksakan kehendak,
menakut-nakuti
guru,
yang
melumpuhkan
kreativitas
anggota
staf
perlu diubah. Sikap korektif yang mencari-cari
kesalahan
harus
diganti
dengan sikap kreatif dimana
setiap
orang
mau
dan
mampu menumbuhkan dan mengembangkan kreativitasnya untuk perbaikan pengajaran.
C.
Fungsi dan tujuan supervisi pendidikan
1.
Fungsi supervisi pendidikan
Dalam pelaksanaannya supervisor pendidikan perlu memahami fungsi-fungsi supervisi
yang merupakan tugas pokok sebagai supervisor pendidikan. Fungsi-fungsi utama supervisi
pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan inspeksi
Sebelum memberikan
pelayanan
terhadap guru,
supervisor perlu mengadakan
inspeksi terlebih dahulu. Inspeksi tersebut dimaksudkan sebagai usaha mensurvai seluruh sistem
pendidikan yang ada,
guna menemukan masalah-masalah, kekurangan-kekurangan, baik pada guru, murid, perlengkapan, kurikulum,
tujuan pendidikan, metode
mengajar,
maupun perangkat lain di sekitar keadaan proses belajar mengajar
b. Penelitian hasil inspeksi berupa data
Data tersebut kemudian diolah untuk dijadikan bahan penelitian. Dengan cara ini dapat ditemukan teknik dan prosedur yang efektif sebagai keperluan penyelenggaraan pemberian
bantuan kepada guru, sehingga supervisi dapat berhasil dengan memuaskan.
Langkah-langkah
yang
dapat ditempuh dalam melaksanakan supervisi sekurang-kurangnya adalah:
1) Menemukan masalah yang ada pada situasi belajar mengajar
2) Mencoba mencari pemecahan yang diperkirakan efektif
3) Menyusun program perbaikan
4) Mencoba cara baru, dan
5) Merumuskan pola perbaikan untuk pemakaian yang lebih luas.
c. Penilaian
Kegiatan penilaian berupa usaha mengetahui segala fakta yang mempengaruhi segala fakta yang mempengaruhi kelangsungan persiapan, penyelenggaraan dan hasil pengajaran.
d. Latihan
Berdasarkan hasil penelitian dan kemudian diadakan latihan. Pelatihan ini dimaksudkan
untuk
memperkenalkan cara-cara baru sebagai upaya perbaikan dan atau peningkatan. Hal inipun bisa
sebagai pemecahan atas masalah-masalah yang dihadapi. Pelatihan ini dapat
berupa lokakarya,
seminar, demonstrasi mengajar, simulasi, observasi, saling mengunjungi
atau cara lain yang dipandang efektif.
e. Pembinaan
Pembinaan atau pengembangan merupakan lanjutan
dan
kegiatan memperkenalkan cara-cara baru.
Kegiatan ini
dimaksudkan untuk
menstimulasi, mengarahkan,
memberi
semangat agar guru-guru mau menerapkan cara-cara baru yang diperkenalkan sebagai hasil penemuan penelitian, termasuk dalam hal ini membantu guru-guru memecahkan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru.
2.
Tujuan supervisi pendidikan
Tujuan supervisi adalah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik.
(N.A. Ametembun, 1981)
merumuskan
tujuan-tujuan supervisi pendidikan dengan
memperhatikan beberapa faktor yang sifatnya khusus, sehingga dapat membantu mencari dan menentukan kegiatan supervisi yang lebih efektif.
Adapun tujuan-tujuan itu adalah:
a.
Membina kepala sekolah dan guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang
sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu.
b.
Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif.
c.
Membantu kepala
sekolah
dan
guru
mengadakan
diagnosis secara kritis
terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan mengajar belajar,
serta menolong
mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
d.
Meningkatkan kesadaran kepala
sekolah dan guru-guru
serta warga sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif, serta memperbesar kesediaan untuk tolong menolong.
e.
Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal
dalam bidang profesinya (keahlian) meningkatkan “achievement motive”
f.
Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah kepada masyarakat dalam
pengembangan program-program pendidikan.
g.
Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam
konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik, dan
h.
Mengembangkan “esprit de corps” guru yaitu adanya rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas) antar guru-guru.
D.
Tehnik-tehnik supervisi pendidikan
Berbagai teknik dapat
digunakan
supervisor
dalam
membantu
guru
meningkatkan
situasi belajar mengajar, baik secara kelompok (group techniques), maupun secara perorangan (individual techniques) ataupun dengan cara langsung/bertatap muka, dan cara tak langsung /melalui media komunikasi (visual, audial,
audio visual).
Beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan supervisor pendidikan antara lain:
1. Kunjungan kelas secara berencana untuk dapat memperoleh gambaran
tentang
kegiatan belajar mengajar di kelas.
2. Pertemuan pribadi antara supervisor
dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah khusus yang dihadapi guru.
3. Rapat antara supervisor dengan para guru di sekolah, biasanya untuk membicarakan masalah-masalah umum yang menyangkut perbaikan
dan/atau peningkatan mutu pendidikan.
4. Kunjungan antar kelas atau antar sekolah merupakan suatu kegiatan
yang terutama untuk saling menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah
tentang usaha-usaha perbaikan dalam proses KBM.
5. Pertemuan-pertemuan di kelompok kerja penilik, kelompok kerja kepala sekolah serta pertemuan kelompok kerja guru, pusat kegiatan guru dan sebagainya yang dimaksudkan untuk menemukan masalah, mencari
alternatif penyelesaian, serta menerapkan alternatif masalah yang tepat.
Secara
singkat gambaran tentang
berbagai cara pelaksanaan pembinaan dan pelayanan profesional kepada guru adalah sebagai berikut:
No
|
Jenis
Pelayanan/
Pembinaan
|
Teknik
Pelaksanaan
|
Tujuan
|
Keuntungan
|
Hambatan/
Kelemahan
|
1.
|
Kunjungan kelas
|
Observasi KBM di kelas oleh penilik/
Pengawas/
Kelapa sekolah
|
Mengetahui cara guru melaksanakan KBM
|
-
Mengetahui
kelebihan yang dapat dikembangkan
-
Mengetahui
kelemahan
-
Memberikan
koreksi/ perbaikan sesuai kebutuhan
|
Guru merasa canggung dan kurang bebas
|
2.
|
Pertemuan pribadi
|
Penilik/ kepala sekolah bertatap muka
|
Bantuan khusus
|
-
Berdialog
langsung
-
Lebih terarah
|
Agak sulit menetukan waktu
|
3.
|
Rapat staf
|
Kepala sekolah/ penilik berhadapan dengan para guru
|
Bantuan umum
|
-
Bantuan
diberikan kepada seluruh guru dalam satu kali
-
Pertemuan
pertukaran pikiran secara umum
|
-
Agak sulit
menentukan waktu
-
Cukup menyita
waktu
|
4.
|
Kunjungan antar kelas
|
Guru dari salah satu kelas mengunjungi kelas lain dalam satu
sekolah
|
Mengetahui cara guru lain dalam KBM dan pengelolaan kelas
|
-
Mengetahui
guru lain dalam melaksanakan KBM dan pengelolaan kelas
-
Hal-hal yang
baik dapat dijadikan contoh
-
Hal-hal yang
kurang baik dapat didiskusikan
|
-
Mengganggu
KBM kelas lain
-
Kelas sendiri
ditinggalkan
|
5.
|
Kunjungan sekolah
|
a.
Oleh penilik/
pengawas tanpa pemberitahuan
|
Mengetahui keadaan sebenarnya
|
Dapat memberikan bimbingan aktual
|
Dianggap kurang demokratis
|
b.
Dengan
pemberitahuan
|
Guru mengetahui maksud dan tujuan kunjungan
|
Kepala sekolah/ guru dapat menunjukkan hasil usahanya
|
Tidak mencerminkan keadaan sehari-hari
|
||
c.
Atas undangan
|
Guru ingin diketahui keberhasilannya
|
Dapat melayani kebutuhan khusus/ setempat
|
Tidak mencerminkan keadaan sehari-hari
|
||
6.
|
Kunjungan antar sekolah
|
Guru dari sekolah lain dikunjungi oleh suatu sekolah
|
Mengetahui di sekolah lain melakukan KBM dan pengelolaan sekolah
dan kelasnya
|
-
Mengetahui
bagaimana guru sekolah lain melaksanakan KBM dan mengelola sekolah/kelas
-
Hal-hal yang
baik dapat dicontoh
-
Hal-hal yang
kurang baik didiskusikan
|
a. Mungkin mengganggu sekolah/ kelas
b. Kelas sendiri ditinggalkan
|
Tabel 2.1 Tehnik-tehnik
supervisi pendidikan
E.
Prosedur kegiatan supervisi pengajaran
Supervisi merupakan suatu proses,
yaitu
serangkaian kegiatan
membawa guru ke tingkat kemampuan yang lebih tinggi. Jadi supervisi tidak dapat diselesaikan dengan satu
kegiatan berupa kunjungan kelas saja, atau hanya dengan mengadakan wawancara saja, atau
hanya menyuruh guru mengikuti pelatihan saja.
a.
Pengumpulan
data tentang keseluruhan situasi belajar mengajar:
-
Murid
-
Guru
-
Program
pengajaran
-
Alat/fasilitas
-
Situasi
|
Dengan cara/teknik:
-
Observasi/kunjungan
kelas
-
Pertemuan
pribadi
-
Studi laporan
dan dokumen
-
Kuesioner
|
b.
Penyimpulan/penilaian,
tentang:
-
Keberhasilan
murid
-
Keberhasilan
guru
-
faktor-faktor
penunjang yang menghambat KBM
|
Dengan cara:
-
menentukan
kriteria bersama
-
pertemuan
pribadi
-
diskusi antar
guru
|
c.
Diskusi kelemahan,
tentang:
-
Penampilan
guru didepan kelas
-
Penguasaan
materi
-
Penguasaan
metode
-
Hubungan
antar personil
-
Administrasi
kelas
|
Dengan cara :
-
Pertemuan
pribadi
-
Rapat staf
-
Konsultasi
dengan nara sumber/ahli
|
d.
Memperhatiakan
kelemahan/ meningkatkan kempuan, dalam hal:
-
Kelemahan/
kekurangan yang telah dikemukakan bersama
|
Dengan cara:
-
Informasi
langsung
-
Demokrasi
-
Inter class
dan inter school visit
-
Tugas bacaan
-
Pelatihan
dalam berbagai bentuk
|
e.
Bimbingan dan
pengembangan, dalam hal:
-
Perubahan
yang telah tercapai
-
Sebagai hasil
peningkatan dan bimbingan
|
Dengan cara:
-
Kunjungan
kelas
-
Pertemuan
pribadi
|
f.
Penilaian
kemajuan, dalam hal:
-
Perubahan
yang telah tercapai
-
Sebagai hasil
peningkatan dan bimbingan
|
Dengan cara:
-
Kunjungan
kelas
-
Pertemuan
pribadi
-
Observasi
-
diskusi
|
Tabel 2.2 Prosedur supervisi pendidikan
Dalam
usaha memberikan pelayanan
profesional kepada guru-guru, supervisor
pendidikan
akan menaruh
perhatian terhadap
aspek-aspek proses mengajar belajar
yang merupakan kondisi bagi terwujudnya proses belajar yang efektif. Dalam hal ini tugas seorang
supervisor pendidikan adalah mempelajari secara objektif dan terus menerus tentang masalah
proses mengajar belajar atas dasar itu ia memberikan pelayanan atau bimbingan profesional
yang diperlukan kepada guru-guru.
Demikian seorang
supervisor pendidikan hanya
akan efektif apabila ia
memahami persoalan-persoalan
mengajar
belajar yang dihadapi
oleh
guru-guru
yang
selanjutnya memberikan
bimbingan profesional yang sesuai
dengan kebutuhan dan masalah
yang
dihadapi oleh guru-guru, baik secara perorangan maupun kelompok. Lebih dari itu,
seorang supervisor pendidikan baru yang berorientasi pada perbaikan pengajaran. Ini berarti bahwa,
seorang
supervisor pendidikan dituntut untuk selalu “dekat” dengan guru-guru dan menempatkan diri sebagai bagian dari sistem pengajaran (Djam’an Satori, 1985).

ide
baru pengembangan
Pemecahan Identifikasi



Keterangan
:
S =
Supervisor
G = Guru
Gambar 1. 2 Supervisi Pendidikan sebagai bagian dari Sistem Pengajaran
F.
Perilaku-perilaku yang harus dimiliki supervisor pendidikan
Salah satu pendukung keberhasilan
dalam
melaksanakan
supervisi ialah perilaku supervisor
sendiri. Faktor manusia dibelakang
tugas mempunyai pengaruh besar dalam
keberhasilan misi supervisi.
Supervisi yang berhasil adalah mereka yang dapat melaksanakan
tugasnya berkenaan dengan diri orang yang disupervisi. Ia memiliki sifat-sifat kepribadian yang diterima dalam pergaulan sesama kerabat kerja. Ia memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan profesi supervisor.
Sifat utama yang harus dimiliki supervisor terdiri dari:
a.
Sifat
yang berhubungan
dengan kepribadian
1)
Memperhatikan perbuatan
nyata
dalam segala
hal
2)
Bertindak sesuai dengan waktu dan tempatnya dalam segala hal
3)
Keterbukaan, tidak menyembunyikan
sesuatu yang dirahasiakan
4)
Tidak kehabisan inisiatif, penuh
prakarsa
5)
Tekun dan ulet dalam mengerjakan
pekerjaan
6)
Mempunyai daya tahan dan psikis yang tinggi, tidak cepat putus asa
b.
Sifat yang berhubungan
dengan profesi
Sifat-sifat ini dikemukakan oleh (Edgar H. Schein, 1972) sebagai berikut:
1) Seorang profesional harus bekerja full time di bidang profesinya dan sebagai sumber penghidupan. Di sini implisit suatu pengertian bahwa seorang profesional tidak boleh bekerja lebih banyak di luar dan menomorduakan
tugas
utamanya
2) Seorang profesional memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja dalam bidangnya, yang merupakan dasar bagi pilihan jabatan tersebut, sehingga jabatan tersebut akan dikerjakan dengan sepenuh hati
3) Dia memiliki suatu pengetahuan khusus dan keterampilan yang diperolehnya dari
pendidikan yang cukup lama
4) Membuat keputusan-keputusan dalam tindakannya demi kepentingan klien, bukan harus bekerja tanpa pamrih.
5) Pelayanan atas dasar kebutuhan yang objektif dari klien. Tidak boleh ada motif-motif lain yang
tersembunyi di dalamnya. Keduanya klien dan petugas profesional harus jujur dan terbuka, dan harus dapat menciptakan
hubungan akrab demi kemajuan klien
6) Seorang profesional harus berorientasi pada pelayanan terhadap klien. Yang dia pentingkan adalah bagaimana ia dapat melayani guru dengan sebaik-baiknya demi
kemajuan guru-guru itu sendiri. Ia adalah orang yang mengabdi kepada tugasnya.
7) Seorang profesional mempunyai otonomi dalam bertindak mengenai apa yang baik bagi
klien. Ia adalah orang yang lebih tahu tentang apa yang baik bagi klien daripada
klien itu sendiri.
8) Menjadi anggota organisasi profesi yang diseleksi melalui ukuran-ukuran tertentu, seperti standar
pendidikan atau ukuran-ukuran lain yang sejenis, memiliki keahlian yang sama dan dalam wilayah tertentu.
9) Memiliki pengetahuan yang spesifik
10) Seorang profesional tidak boleh mengiklankan untuk mendapatkan pasaran luas. Kliennya-lah
yang diharapkan untuk berinisiatif mencarinya.
c.
Sifat-sifat
supervisor yang
dikehendaki
Menurut
pendapat
dan harapan supervisi pada umumnya supervisor hendaknya:
1) Mempunyai perhatian terhadap segala kegiatan di sekolah
2) Bersikap simpatik dan mempunyai perhatian terhadap murid.
3)
Mempunyai sikap terbuka, yang tidak apriori menolak
pendapat orang lain.
4) Mempunyai daya humor dan tidak cepat tersinggung.
5)
Percaya pada diri sendiri (self confidence) sehingga dapat menimbulkan
kepercayaan dan ketenangan kepada supervisi
6) Tidak terlalu mencari-cari masalah-masalah
kecil
7) Dapat mengajak
dan
menimbulkan
rasa
ingin tahu
8) Kritis, tetapi bersifat membangun dapat memberikan saran-saran
9)
Luas pengetahuannya tentang masalah-masalah pendidikan
dan masalah administratif organisatoris.
10) Dapat mengemukakan ide-ide
baru
11) Fisik sehat dan terpelihara, serta berpakaian rapih.
d. Supervisor yang demokratis harapan semua pihak.
Supervisor yang demokratis diharapkan selalu berusaha secara continue menjalin pertalian dan kesatuan yang optimal
diantara
guru-gurunya. Supervisor yang kritis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
OTOKRATIS
|
DEMOKRATIS
|
1.
Beranggapan
bahwa ia dapat melihat dan menemukan semua segi-segi masalah yang dihadapinya
|
1.
Menyadari
bahwa kemampuan sekian puluh anggota stafnya merupakan potensi yang dapat
melebihi kemampuan sendiri
|
2.
Tidak
tahu/mau memanfaatkan pengalaman orang lain
|
2.
Dapat dan berusaha memanfaatkan pengalaman
orang lain
|
3.
Tidak
dapat/ bersedia melepaskan kekuasaan dari tangannya
|
3.
Tahu
bagaimana mendelegasikan tugas dan tanggung jawabnya
|
4.
Biasanya
sangat tertarik pada pekerjaan-pekerjaan rutinnya sehingga sukar melihat
masalah-masalah yang lebih besar
|
4.
Dapat
melepaskan diri dari tugas-tugas rutin, sehingga dapat mengembangkan
kepemimpinan yang kreatif
|
5.
Berprasangka
terhadap ide-ide baru
|
5.
Dapat lekas
mengakui dan menghargai ide orang lain
|
6.
Mempunyai
sifat sebagai yang lebih tahu
|
6.
Memelihara
sikap yang ramah sebagai penolong dan penasehat
|
7.
Tidak mau
mengakui bahwa ia memiliki sifat-sifat yang otokratis
|
7.
Selalu
berusaha menerapkan cara-cara yang demokratis
|
8.
Kurang
member kesempatan kepada orang lain untuk maju sebagai pemimpin
|
8.
Selalu
berusaha melaksanakan tugas memimpin adalah menimbulkan kepemimpinan
|
Tabel 2.3 Supervisi Pendidikan sebagai bagian dari Sistem Pengajaran
G.
Jenis-jenis
supervisi pendidikan
a.
Sepervisi umum
dan supervisi pengajaran
Yang dimaksud
dengan supervisi umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan
usaha perbaikan pengajaran seperti supervisi terhadap kegiatan pengelolaan
bangunan dan perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan.
Sedangkan yang
dimaksud dengan supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan pengawasan yang
ditujukan untuk memperbaiki kondisi baik personel maupun material yang
memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi
tercapainya tujuan pendidikan.
b.
Supervisi
klinis
Supervisi klinis
termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena
prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau
kelemahan dalam proses belajar mengajar dan kemudian diusahan secara langsung
pula bagaimana cara memperbaiki kelemahan tersebut.
La Sulo
mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis sebagai berikut:
1) Bimbingan
supervisor kepada guru atau calon guru bersifat bantuan, bukan perintah atau
instruksi.
2) Jenis keterampilan
yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon guru yang akan
disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama antara guru dan
supervisor.
3) Meskipun guru
atau calon guru mempergunakan berbagai keterampilan mengajar secara terintgrasi,
sasara supervise hanya beberapa keterampilan tertentu saja.
4) Instrument
supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara supervisor dan guru
berdasarkan kontrak.
5) Balikan
diberikan dengan segera secara obyektif (sesuai dengan hasil dari observasi).
6) Meskipun
supervisor telah mengalisis dan menginterpretasi data yang telah direkam oleh
intrumen observasi, di dalam diskusi balikan guru diminta terlebih dahulu
menganalisis penampilannya.
7) Supervisor
lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau mengarahkan.
8) Sepervisi
berlangsung dengan suasana inti dan terbuka.
9) Supervisi
berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi, dan diskusi atau
pertemuan balikan.
10) Supervisi
klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan
keterampilan mengajar. Dipihak lain juga digunakan dalam konteks pendidikan
prajabatan maupun dalam jabatan.
c.
Pengawasan
melekat dan pengawasan fungsional
Pengawasan
melekat ialah suatu kegiatan administrasi dan manajemen yang dilakukan oleh pimpinan
satuan kerja untuk mencegah terjadinya salah urus dan meningkatkan efektifitas
dan efesiensi kerja sesuai dengan kebijakan mentri pendidikan dan kebudayaan,
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan rencana yang telah ditetapkan.
Sedangkan yang
dimaksud dengan pengawasan fungsional adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh orang-orang yang fungsi jabatannya sebagai pengawas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi mengandung arti yang luas dan
demokratis, tidak hanya melihat kinerja kepala sekolah, guru dan pegawai
sekolah saja akan tetapi juga mencari jalan keluar apabila terjadi
permasalahan. Para supervisor berkewajiban memberi bimbingan, pembinaan dan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan, hubungan antara pengawas dengan yang diawasi
lebih bersifat kemitraan, hubungan komunikasi pun tidak lagi one way traffic
tetapi menjadi two way traffic.
B. Saran
a.
Bagi semua Penulis yang akan mengangkat tema ini, cobalah
lakukan observasi dengan menyebarkan angket mengenai keberhasilan supervisor dalam
melaksanakan tugasnya.
b.
Bagi semua
pembaca khususnya guru, tingkatkan
kualitas pembelajaran, demi
terciptanya kegiatan supervisi pendidikan
yang efektif dan efisien.
c.
Bagi semua masyarakat pendidikan, khususnya para orang tua,
diharapkan dapat berperan aktif memantau kondisi anaknya, khususnya dalam hal
prestasi belajar anak, hal ini dapat membantu supervisor dalam mensupervisi
guru.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin,dkk. 2006. Supervisi pendidikan dan
pengajaran. Malang: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
http://tacha-innocentcio.blogspot.co.id/2013/02/profesi-supervisor-dan-supervisi.html
Komentar
Posting Komentar
Add a comment....